STRATEGI KOMUNIKASI
A. Pengertian Strategi Komunikasi
Untuklebih
jelasnya mengenai pengertian strategi komunikasi, kita akan membahasa satu
persatu apa itu strategi, komunikasi, dan barulah kita akan mengetahui
pengertian dari strategi komunikasi
1. Strategi
Kata
strategi berasal dari bahasa Yunani Klasik yaitu “stratus” yang artinya tentara
dan kata “agein” yang berarti memimpin. Lalu muncul kata “strategos” yang
artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep
militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para Jendral (the art of
general), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalam
strategi ada prinsip yang harus dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti
dari segalanya kecuali mengetahui apa yang akan dikerjakan musuh, sebelum
mereka mengerjakannya”.
Karl
Von Clausewitz (1780-1831) seorang pensiunan Jendral Prusia dalam bukunya “on
war” merumuskan strategi ialah “ suatu seni menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan
perang” . Marthin Anderson (1968) juga merumuskan “strategi adalah seni di mana
melibatkan kemampuan integelensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang
maksimal dan efisien.”
Stategi
menghasilkan gagasan dan konsepsi yang dikembangkan oleh praktisi. Karena itu
para pakar strategi tidak saja lahir dari kalangan yang memiliki latar belakang
militer, tetapi juga dari profesi lain, misalnya pakar strategi Henry Kissinger
berlatar belakang sejarah, Thomas Schelling berlatar belakang ekonomi, dan
Albert Wohlsetter berlatar belakang matematika.(perencanaan dan strategi
komunikasi, hal:61)
Strategi
pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk
mencapai suatu tuujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta atau jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan
harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.(ilmu komunikasi teori
dan praktek hal:35)
2. Komunikasi
Istilah
komunikasi atau dalam bahsa inggris communication berasal dari kata Latin
communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna.
Jadi
kalau ada orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlansung selama ada kesamaan makna mengenai
apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakpan itu
belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya
saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahsa itu. jelas bahwa
percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif, apabila keduanya
selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan.
Akan
tetapi pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam
arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara
dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal, karena kegiatan-komunikasi bukan
hanyan noformatif, yakni agar orangg lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasive,
yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu faham atau keyakinan ; melakukan
sesuatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.
3. strategi komunikasi
Keberhasilan
kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi.
Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses
komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan
menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat
ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan
komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk
menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses
komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.
Menurut
Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi”
menyatakan bahwa
“....
strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen (communications management) untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam
arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung
dari situasi dan kondisi”. (1981 84).
Selanjutnya
menurut Onong Uchjana Effendi bahwa strategi komunikasi terdiri dari dua aspek,
yaitu secara makro (Planned multi-media strategy) dan secara mikro (single
communication medium strategy). Kedua aspek tersebut mempunyai fungsi ganda,
yaitu: Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan
instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal,
dan juga menjembatani “cultural gap” , misalnya suatu program yang berasal dari
suatu produk kebudayaan lain yang dianggap baik untuk diterapkan dan dijadikan
milik kebudayaan sendiri sangat tergantung bagaimana strategi mengemas
informasi itu dalam dikomunikasiknnya. (1981
67)
Sedangkan
menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ menyatakan bahwa Sesungguhnya suatu strategi adalah
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna
mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan
kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin
dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi
ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk
menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. (1984 10)
B. Teori Dalam Strategi Komunikasi
Dalam
hal strategi dalam bidang apa pun tentu harus didukung dengan teori. Begitu
juga pada strategi komunikasi harus didukung dengan teori. teori merupakan
pengetahuan mendasar, pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Karena teori
merupakan suatu statement (pernyataan) atau suatu konklusi dari beberapa
statement yang menghubungkan (mengkorelasikan) suatu statement yang satu dengan
statement lainnya.
Dari
sekian banyak teori komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, untuk strategi
komunikasi yang memadai adalah teori dari seorang ilmuan politik dari Amerika
Serikat yang bernama Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa cara yang terbaik
untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan
tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In
Which Channel To Whom With What Effect
(siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek
bagaimana)”.
Kalau
diuraikan Formula Lasswell tersebut dapat dilihat pada skema yang digambarkan
oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl sebagai berikut
Telaah
komunikator meliputi analisis hal-hal sebagai berikut
a. Sejauh mana si komunikator mempunyai
percaya diri (self confident). Dikarenakan dalam Komunikasi Interpersonal ciri karakteristiknya
yang pertama dimulai dari diri sendiri. Maka komunikator harus percaya pada
kemampuannya sendiri untuk melakukan relasi Komunikasi Interpersonal. Bagian
dari peraya diri pada komunikator adalah penguasaan meteri pengetahuan yang
mendalam tentang hah-hal dari isi pesan yang akan di-reciever-kan
(disampaikan).
b. Sejauh mana komunikator mengendalikan
transaksional, yaitu ketika bertemu dan berkenalan dengan komunikan, maka
komunikator sudah mempunyai persepsi mengenai identitas dan kepribadian
komunikan. Untuk selanjutnya maka komunikator harus tetap mengendalikan
identitas dan kepribadian komunikan seperti semula.
c. Memelihara relasi, yaitu memelihara
hubungan dengan komunikan dengan mengatur jarak duduk atau dengan tetap
memperhatikan pandangan pada wajah komunikan.
Formula
dari Lasswell tersebut termasuk dalam katagori model-model dasar dalam stretegi
komunikasi. Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara,
terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur tentang
proses komunikasi. Formula Laswell menunjukkan kecenderungan-kecenderungan awal
model-model komunikasi, yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai
“receiver” (penerima) dan karenanya komunikasi harus semata-mata dianggap
sebagai proses persuasif. Juga selalu dianggap bahwa pesan-pesan itu pasti ada
efeknya.
Formula
Lasswell tersebut mengandung banyak keterkaitan dengan teori-teori lain seperti
diungkapkan oleh Melvin L . De Fleur yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi
dalam buku ‘Dimensi-dimensi Komunikasi’, bahwa ada empat teori
a. Individual Differences Theory, bahwa
khalayak sebagai komunikan secara selektif psikologis memperhatikan suatu pesan
komunikasi jika berkaitan dengan kepentingannya, sesuai sikap, kepercayaan, dan
nilai-nilainya.
b. Sicial Catagories Theory, bahwa meskipun
masyarakat modern sifatnya heterogen namun orang-orang yang mempunyai sifat
yang sama akan memilih pesan komunikasi yang kira-kira sama dan akan memberikan
tanggapan yang kira-kira sama pula.
c. Social Relationship Theory, bahwa
walaupun pesan komunikasi hanya sampai pada seseorang tapi kalau seseorang
tersebut sebagai pemuka pendapat (opinion leader), maka informasi isi pesan
tersebut akan diteruskan kepada orang lainnya bahkan juga
menginterpretasikannya. Berarti opinion leader tadi mempunyai pengaruh pribadi
(personal influence) yang merupakan mekanisme penting dapat merubah pesan
komunikasi).
d. Cultural Norms Theory, bahwa melalui
penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu media massa
menciptakan kesan-kesan pada khalayak bahwa norma-norma budaya yang sama
mengenai topik-topik tertentu dibentuk dengan cara-cara khusus dengan batas-batas
situasi perorangan, yaitu ada tiga :
(1).
reinforce existing patterns, bahwa pesan komunikasi dapat memperkuat pola-pola yang sudah ada dan mengarahkan orang-orang
untuk peraya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.
(2).
create new shared convictions, bahwa media massa dapat menciptakan keyakinan
baru mengenai suatu topik yang dengan topik tersebut khalayak kurang
berpengalaman sebelumnya.
(3).
change existing norms, bahwa media massa dapat merubah norma-norma yang sudah
ada dan karenanya dapat merubah tingkah laku orang-orang. (1981 69).
Selanjutnya
strategi komunikasi harus juga meramalkan efek komunikasi yang diharapkan,
yaitu dapat berupa menyebarkan informasi, melakukan persuasi, melaksanakan
intruksi. Dari efek yang diharapkan tersebut dapat ditetapkan bagaimana cara
berkomunikasi (how to communicate), dapat dengan komunikasi tatap muka (face to
face communication), dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan
tingkah laku (behaviour change) dari komunikan karena sifatnya lebih persuasive.
Atau dapat juga dengan komunikasi bermedia (mediated communication),
dipergunakan lebih banyak untuk komunikasi informatif dengan menjangkau lebih
banyak komunikan tetapi sangat lemah dalam hal persuasif.
Dalam
strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting. Itulah sebabnya
strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat
segera mengadakan perubahan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan. Salah satu
upaya untuk melancarkan komunikasi yang lebih baik mempergunakan pendekatan A-A
Procedure (from Attention to Action Procedure) dengan lima langkah yang
disingkat AIDDA.
A
Attention (perhatian)
I
Interest (minat)
D
Desire (hasrat)
D
Decision (keputusan)
A
Action (kegiatan)
Dimulainya
komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi.
Setelah perhatian muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang
merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal
untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa
hasrat tersebut untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu
kegiatan yang diharapkan komunikator.
C. Korelasi Antarkomponen dalam Strategi
Komunikasi
Komunikasi
merupakan proses yang rumit, dalam menyusun strategi komunikasi diperlukan
suatu pemikiran dengan perhitungan faktor-faktor pendukung dan factor-faktor
penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu, diperhatikan
komponen-komponen komunikasi dan factor-faktor pendukung serta penghambatnya pada
setiap komponen tersebut. kita mulai secara berturut-turut dari komunikasi
sebagai sasaran komunikasi, media, pesan, dan komunikator.
1. Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum
kita melancarkan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa-siapa yang akan
menjadi sasaran komunikasi kita itu. Sudah tentu ini bergantung pada tujuan
komunikasi, apakah agar komunikasi hanya sekedar mengetahui (dengan metode
informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasive
dan instruktif). Apapun tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri
komunikan perlu diperhaatikan factor-faktor berikut :
a. Faktor Kerangka Referensi
Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada
komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi (frame of reference)-nya.
Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan
pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideology,
cita-cita, dan sebagainya. Sehingga kerangka referensisetiap orang akan
berbeda-beda.
Dalam situasi komunikasi antarpersonal, mudah untuk
mengenal kerangka refensi komunikan karena ia hanya satu orang. Yang sulit
ialah mengenal kerangka referensi komunika dalam komunikasi kelompok. Ada
sekelompok yang individu-individunya sudah dikenal, seperti kelompok karyawan
atau kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal seperti pengunjung rapat RW.
Dan yang lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi para komunikan dalam
komunikasi massa, sebab sifatnya sangat heterogen. Oleh karena itu, pesan yang
disampaikan kepada khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informative
dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang, dan mengenai hal yang
menyangkut semua orang. Jika pesan yang akan disampaikan kepada khalayak adalah
untuk dipersuasikan, maka akan lebih efektif bila khalayak dibagimenjadi
kelompok-kelompok khusus, lalu diadakan komunikasi kelompok dengan mereka, yang
berarti komunikasi dua arah secara timbal-balik.
b. Factor Situasi dan Kondisi
Yang
dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan
akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang dapat menghambat jalannya
komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang secara tiba-tiba pada sat
komunikasi dilancarkan. Yang dapat diduga sebelumnya misalnya mengadakan rapat
dengan para karyawan pada waktu gajian atau berpidato dalam suatu malam
kesenian pada saat para hadirin mengharapkan hiburan segera dimulai. Pada kasus
pertama dapat dihindarkan dengan menangguhkan atau memajukan harinya, sedangkan
kasus kedua dengan memberikan pidato yang singkat tetapi padat.
Hambatan
komunikasi yangdatang tiba-tiba, contohnya : ketika kita edang berpidato,
tiba-tiba hujanlebat disertai petir yang menggebu-gebu, sehingga gemuruh
hadirin karena ada sesuatu yang menrik
perhatiannya. Maka, dalam kasus ini ada 2 kemungkinan yang dapat kita lakukan,
pertama kita dapat mempercepat pidato disertai suara yang lebih keras, atau
dapat juga dengan menghentikan pidto kita sebentar sampai hadirin kembali
menaruh perhatiannya kepada kita.
Kemudian,
yang dimaksudkan dengan kondisi, ialah state of personality komunikan, yaitu
keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.
Komunikasi kit atidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih,
bingung, sakit, atau lapar. Dalam menghadapi kmunikan seperti itu,
kadang-kadang kita bisa menangguhkan komunikasi kita sampai datangnya suasana
menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita harus melakukannya pada saat
itu juga. Disini factor manusiaiwi sangat penting.
2. Pemilihan Media Komunikasi
Media
komunikasi ada banyak sekali jumlahnya, mulai dari tradisional sampai modern,
yang dewasa ini banyak dipergunakan. Seperti kentongan, bedug, pagelaran
kesenian, surat, papan pengumuman, teleppon, telegram, pamflet, poster,
spanduk, surat kabar, majalah, film, radio, dan televise. Yang pada umumnya
dapat diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural, dan
audio-visual.
Untuk
mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan
disampaikan, dan teknik yang akan digunakan. Mana yang terbaik dari sekian
banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan .sebagai contoh, pesan melalui
media tulisan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai
dokumentasi. Pesan melalui media aural dapat didengarkan pada saat mata dan
tangan dipergunakan untuk mengindera hal-hal lain, umpamanya mendengarkan radio
ketika sedang mengemudi mobil. Pesan melalui media audio-visual dapat ditangkap
secara lengkap, dapat dilihat, dan didengarkan.
3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan
komunikasi mempunyai tujuan tertentu, ini menentukan teknik yang harus diambil,
apakah teknik informatisi, teknik persuasi, atau teknik instruksi, apapun
tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu.
Pesan
komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the mrssage) dan lambang
(symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu,tetapi lambang yang digunakan bisa
bermacam-macam. Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah
bahasa. Karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan,
fakta dan opini, hal-hal kongkret dan yang abstrak, pengalaman yang sudah lalu
dan kegiatan yang akan datang, dan sebagainya. Tanpa penguasaan bahasa hasil
pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada orang
lain secara tepat. Banyak kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi
disebabkan oleh bahasa.
Bahasa
terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung pengertian yang denotative dan
konotatif. Perkataan yang mengandung pengertian yang denotative ialah yang
maknanya sebagaimana dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning), yang diterima
secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.
Sedangkan perkataan yang mengandung pengertian konotatif ialah yang maknanya
dipengaruhi oleh emosi atau evaluasi (emotional or evaluative meaning), yang disebabkan
oleh latar belakang dan pengalaman seseorang.
Dalam
melancarkan komunikasi, kita harus berupaya menghindari pengucapan kata-kata
yang mengandung pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakana karena
tidak ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung
pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna yang
dimaksudkan. Karena jika dibiarkan dapat menimbulkan interpretasi yang salah.
Oleh karena itu, seorang komunikator dalam berkomunikasi harus memikirkan dahulu
apa yang sebaiknya diucapkan, menggunakan dan memiih kata yang tepat, serta
mampu menjaga harga diri pendengar.
4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi
Faktor
penting yang harus ada dalam diri komunikator saat ia melancarkan komunikasi
yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source
credibility).
a. Daya Tarik Sumber
Seorang
komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini
dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa
bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan merasa ada
kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi
pesan yang dilancarkan oleh komunikator.
b. Kredibilitas Sumber
Factor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi
berhasil ialah kepercayaan komunikan kepada komunikator. Kepercayaan ini banyak
bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator.
Seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia menenrangkan soal kesehatan.
Seorang perwira kepolisian akan memperoleh kepercayaan bila ia membahas soal
keamanan dan ketertiban masyarakat. Seorang duta besar akan mendapat
kepercayaan kalau ia berbicara mengenai situasi internasional, dan masih banyak
lagi contoh yang lainnya.
Berdasarkan kedua factor tersebut,
seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik
(empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada
peranan orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakakn oleh
orang lain. Kemampuan ini harus dimiliki seorang komunikator ketika ia
berkomunikasi, baik komunikan dalam keadaan sibuk, marah, sedih, bingung,
sakit, ataupun kecewa, dan sebagainya.
Sumber ;
Onong Uchjana Efendy ; Dimensi-dimensi Komunikasi, Penerbit Alumni, Bandung, 1981
Onong Uchjana Efendy ; Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung 2013
Endang Soelistiyowati dan Vincent Nugroho ; Strategi Komunikasi Untuk Sukses Menjalin Relasi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012
Uud Wahyudin dan Rismiyati El Karimah ; Filsafat & Etika Komunikasi, Widya Padjajaran,
Bandung, 2010
Onong Uchjana Efendy ; Dinamika Komunikasi, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2008
Komentar
Posting Komentar